Kota batik di
Pekalongan
Bukan Jogja
bukan Solo
Gadis cantik
jadi pujaan
Jangan bejat
jangan bodo!
Demikian sepenggal lirik lagu yang dinyanyikan band
legendaries Indonesia, Slank.
Bang Kaka, Bimbim, Abde, Ridho dan bang Ivan ini
memang ngena banget dihati kalau
bikin lagu. Euh langsung baper deh jomblowers. Biar tambah cinta sama batik, yuks langsung faridafoodie certain kisah selengkapnya.
Sejarah
Munculnya Batik
Tak kenal maka tak sayang, agar lebih sayang sama
batik Indonesia yang sudah dikenal dunia bahkan oleh UNESCO (United Nation
Education Scientific and Cultural Organization) batik ditetapkan sebagai
warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non bendawi (masterpiece of the oral
and intangible of humanity) pada tanggal 2 Oktober 2009. Kita kenali lebih
dalam yuk.
Walaupun sudah dikenal dunia, tidak sedikit
masyarakat Indonesia yang belum tahu sejarah awal munculnya batik. Awal
perkembangan batik dimulai di Kraton Jogja dan Solo. Seiring berkembangnya
waktu, batik dipengaruhi oleh kebudayaan Eropa maupun masuknya Islam di
Indonesia terutama di pulau Jawa maka batik yang tadinya hanya dipakai di
Kraton sebagai pakaian yang disakralkan kemudian dibawa kepesisiran. Hal tersebut
terjadi karena pada abad ke-18 Pekalongan merupakan wilayah cosmopolitan kecil
pada masanya.
Bisa dilihat dengan adanya tanda-tanda peninggalan sejarah
seperti pelabuhan Pekalongan yang menjadi jalur perdagangan banyak etnis.
Indonesia yang masih dalam kekuasaan VOC pada masa itu menjadi kunci sejarah
adanya politik devide et impera yakni
penggolongan etnis atas dasar ekonomi. Politik tersebut juga berefek sampai di
Pekalongan ditandai adanya perkampungan China, Arab dan Jawa yang tersebar
diwilayah pesisir Pekalongan. Adanya titik nol kilometer juga menjadi catatan
penting wiayah Pekalongan sebagai cosmopolitan kecil pada masa itu dan menjadi
jalur informasi serta transaksi dari berbagai negara.
Lalu Bagaimana dengan
Motif Batik?
Sudah diceritakan diatas bahwa batik awalnya sudah
dipakai di Kraton Jogja dan Solo. Lalu yang membedakan batik Kraton, Jogja,
Solo dan Pekalongan adalah motif dan corak warna. Banyak ahli dari abad 19 yang
sudah meneliti batik tetapi awal mula pembuatan batik dipulau Jawa belum
diketahui secara pasti.
Awal
perkembangan batik dimulai di kraton Jogja dan Solo. Seiring perkembangan waktu
batik dipengaruhi oleh kebudayaan Eropa maupun masuknya Islam di indonesia
terutama di pulau Jawa maka batik yang tadinya dipakai di Kraton sebagai
pakaian yang di sakralkan kemudian dibawa ke daerah pesisiran. Batik Kraton
dipengaruhi kebudayaan Hindu kemudian saat dibawa ke daerah pesisiran
dipengaruhi etnis Cina, Arab dan Eropa. Salah satu contohnya adalah batik Buketan.
Batik Buketan adalah batik yang dipengaruhi oleh Eropa karena Buketan berarti
rangkaian bunga.
Batik pesisir biasanya memiliki corak warna yang
cerah dengan motif flora dan fauna sehingga lebih terkesan naturalis. Sedangkan
batik Kraton seperti Jogja dan Solo lebih banyak terpengaruh kepada budaya
Hindu-Jawa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh G.P. Rouffaer
pada abad 20 mengatakan bahwa pada batik Kraton didominasi warna cokelat dari
tanaman soga tingi, soga tangerang disamping warna indigo, hitam dan putih.
Kabupaten
Pekalongan The Legend of Batik
*seruput dulu kopinya, makan dulu singkongnya. Ehehe
Jika Kota Batik di Pekalongan, maka the legend of
batik ada di Kabupaten Pekalongan. Kota santri adalah trademark lain yang disandang Kabupaten Pekalongan. Maka tak hayal
jika sampai saat ini para saudagar batik didominasi oleh kaum santri. Hal ini
senada dengan nama lain yang disandang Kabupaten Pekalongan yakni The Legend of
Batik. Buktinya, ada ditulisan bawah ini.
Nilai Religi
Sepotong Kain Batik
Batik
pesisir ada yang dibuat oleh kaum santri dan biasanya menggambarkan flora dan
hiasan non-figuratif hal ini dikarenakan dalam Islam terdapat satu hal yang
menarik yakni tidak diperkenankan membuat motif atau gambar berupa makhluk
hidup dan aturan ini tertuang didalam beberapa motif batik pesisir seperti
motif batik rifaiyah. Nama rifa’iyah diambil dari tarekat yang didirikan oleh
KH Ahmad Rifa’I. Batik dengan motif bunga-bunga dan tumbuhan ini begitu indah kemunculan
dan perkembangannya dipengaruhi oleh budaya pesisir dan disebut sebagai batik
tiga negeri karena batik Rifaiyah mengandung percampuran tiga daerah yakni Solo,
Pekalongan dan Lasem.
Masuknya
ajaran Islam ke Indonesia membawa pengaruh kuat terhadap budaya tradisional. percampuran
keduanya tentu menghasilkan sebuah keindahan karya seperti batik Rifaiyah Dari
Batang Jawa Tengah serta batik-batik lainnya.
Mengintip Pembuatan Batik di
Sanggar Batik H. Failasuf Pekalongan
Setelah sayang-sayangan, eh maksudnya setelah
foodies mengetahui motif, nilai yang terkandung dalam sepotong batik sampai
sejarahnya sekarang waktunya buat refreshing. Faridafoodie kali ini ngajakin
kamu mengunjungi sentra pembuatan batik di Wiradesa, Pekalongan. tempatnya di
sanggar milik H Failasuf. Langsung aja kita jelajahi yuk cara membuat batik
tulis.
1.
Membuat sketsa
atau pola
Ini adalah tahap awal pembuatan batik yaitu dengan
menggambar pola diatas kertas roti. Biasanya membuat pola batik dikerjakan
berhari-hari lho foodies.
2.
Jiplak atau
memindah pola kekain
Jiplak atau menebali pola adalah bahasa Jawa yang berarti
menyontoh pola atau gambar diatasnya agar hasilnya sama persis. Karena sudah
ada gambar yang akan dicontoh maka pengerjaan tahap ini lebih cepat disbanding
tahap awal
3.
Mopok
Artinya menutupi bagian dengan malam sesuai dengan
pola yang sudah dibuat agar saat pewarnaan bagian yang digambar tidak terkena
warna
4.
Nglorot
Nglorot merupakan proses pewarnaan sekaligus tahap terakhir
dari proses pembuatan batik. Warna yang digunakan ada dua jenis yakni warna
alami dan kimia. Warna alami biasanya didapat dari akar pohon, daun atau
batang. Setelah semua proses dilalui sekarang tinggal dijemur. Jemur kurang
lebih tiga jam.
Selain batik tulis, ada juga batik cap dan batik
printing. Batik cap mulai dikembangkan pada pada pertengahan abad ke-19 karena
permintaan batik yang meningkat. Batik cap adalah proses pembuatan batik
menggunakan alat bermotif yang terbuat dari logam. Sehingga hasilnya disebut
batik cap. Batik printing mulai diproduksi 1970-an. Cara membuatnya dengan
mesin cetak yang sudah dikomputerisasi. Diantara ketiganya, batik printing paling
murah harganya karena tidak memerlukan proses yang memakan waktu berbulan-bulan
dengan tingkat kesulitan tinggi seperti batik tulis.
Nah, sampai disini dulu ya foodies sepenggal cerita
sepotong motif kain batik dari Pekalongan. Semoga informasi sedikit ini bisa
menambah kecintaan kita untuk melestarikan warisan budaya Indonesia. Pengalaman
lain tentang Pekalongan bisa cek di sini. Eits, jangan lupa kopinya habisin dulu.